TIC JICA Tokyo (東京) Japan
Program Focused Training in Lesson Study
Sabtu, 22 Juni 2013
tentang Akoe
01.23
No comments
Tentang akoe; Nama lengkap ku Ananda bayu setiawan, aku bekerja sbg guru di sekolah menengah mertama di wilayah kota Banjarbaru. Awalnya aku sempat tidak mau jadi guru entah mengapa akhirnya jadi Guru. Apa mungkin ini dari faktor keturunan ya?
Jujur saja aku di besarkan dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai guru bapak guru fisika dan ibu guru matematika. Setelah aku selese diploma aku sempat bekerja di sebuah perusahan, namun apa aku gak tahan aku berfikir tempat ku bukan disini tapiii.......
Setelah berfikir-fikir aku memilih untuk melanjutkan kuliah keguruan akhirnya lulus dan sekarang aku menjadi seorang ahli pendidik (:Guru)
Pada awal menjadi guru aku masih kebingungan bagaimana cara mengajar yang baik, aku melihat guru-guru yang lebih senior mengajar agar memperoleh pengetahuan pengajar yang baik. Namun itu belum cukup untuk menjadi guru yang baik diperluakan kalaborasi antara rekan2 guru untuk terus meningkatkan pembelajaran dikelas. Kira-kira satu tahun lalu aku percayakan untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Oleh JICA di Jepang disana aku melihat para guru saling berkolaborasi untuk memajukan siswa-siswanya.
Caranya Bagaimana??
Gampang kok, tentu sebagai guru pasti mengerti akan karakter siswa-siswanya didalam kelas nah dari situ antara guru membicarakan siswa di dalam kelas saya ajarkan dengan menggunakan metode cocok enggak dengan siswa ini dengan perbandingan-perbandingan pendapat guru dapat mengambil kesimpulan sendiri motode bagaimana yang cocok untuk siswa saya ini :
Dari sini aku masih aku ingin mengajak sering kepada rekan-rekan sekalian untuk berbagi pengalaman mengajar. Sebab untuk meninggkatkan pengalaman mengajar diperluakan sering atau rekan untuk saling berargumen atau berpendapat untuk menciptakan Learning Community.
Jumat, 21 Juni 2013
Pentingnya Menunggu Siswa Berfikir
Oleh: Ananda bayu. S
Pada Saat pembelajaran Matematika tentang Irisan Himpunan yang diajarkan oleh Ibu lingga
ada apa ya dengan siswa ini :) ?
pentingnya menunggu siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pembelajaran yg di tangkap siswa...
dan mengapa ya,,, ???
kalau menerangkan konsep siswa secara yangsung tanpa melalui proses berfikir hanya siswa satu atau dua orang saja yang memahami maka kita mengajar itu bukan untuk satu atau dua orang dalam kata lain siswa siswa yang pintar saja.
menuru rekan2 sekalian pelajaran apa yang di dapat dari gambar diatas;
Rabu, 19 Juni 2013
Merencanakan Pembelajaran
oleh ; Ananda B.S
kebahagiaan siswa dan kebahagiaan guru juga adalah tujuan dari Learning Community. Bukankah ekspresi guru seperti ini yang juga kita harapkan dari siswa-siswi kita? Jovan Restofel B
Merencanakan pembelajaran bukan hanya berupa tulisan persiapan pembelajaran yang akan disampaikan kepada murid. Mendiskusikan materi pelajaran bersama rekan guru, memprediksi tindakan siswa, memprediksi kesulitan siswa dan memikirkan apa yang difikirkan siswa secara bersama dengan rekan guru. Sangat efisien membantu guru untuk mengajar dikelas. Dari hasil diskusi tersebut permasalahan-permasalahan yang timbul dikelas yang telah terprediksi sebelumnya guru dapat dengan mudah menyelesaikan masalah tersebut. Jika seandainya timbul suatu permasalahan diluar dari prediksi sebelumnya guru tidak kagok atau gugup dalam menyelasaikan suatu permasalan dalam kelas sebab guru telah mendiskusi berbagai permasalahan-permasalahan yang telah di prediksi sebelum kegiatan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai pembelajaran guru dapat mendiskusikan kembali permasalahan yang muncul untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya/dikelas yang lain. Hal tersebut (merencanakan pembelajaran) bertujuan untuk mendapatkan suatu pembelajaran yang mendekati kesempurnaan walaupun suatu pembelajaran yang sempurna tidaklah ada.
Karakteristik siswa
Menurut Bloom yang dikutip oleh Sunarto dalam
buku Perkembangan peserta didik (2002) menyebutkan proses belajar baik di sekolah maupun di
luar sekolah menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang
dikenal sebagai taksonomi bloom, yaitu kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan
yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang
memiliki persepsi tentang pengamatan atau penyerapan atas suatu objek. Berarti ia menguasai sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya
terbentuk suatu persepsi dan pengetahuan itu di organisasikan secara sistematik
untuk menjadi miliknya. Setiap saat bila diperlukan, pengetahuan yang
dimilikinya itu dapat direproduksi. Banyak atau sedikit, tepat atau kurang
tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali dan ini
merupakan kemampuan kognitif seseorang.
Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif
merupakan hasil belajar. Sebagimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan
antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (fakta dasar dan ajar). Faktor
dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dapat dibedakan dalam
bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang dibuat. Proses belajar mengajar
adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan
direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak.
Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes
hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang
bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif
tiap-tiap individu. Dengan demikian pengukuran kemampuan kognitif dapat
dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau tes hasil belajar.
Perkembangan
kognitif seseorang menurut Piaget
mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
(1)
Tahap
pertama : Masa sensori motor (0,0 – 2,5 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan
aktivitas motorik untuk mengenal lingkungan.
(2)
Tahap
kedua : Masa pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang
mewakili sesuatu konsep.
(3)
Tahap
ketiga : Masa konkreto prerasional (7,0 – 11,0 tahun)
Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam
tugas yang kongkret.
(4)
Tahap keempat : Masa Opersional (11,0 – dewasa)
dalam usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu
berfikir abstrak dan hipotetis. Pada tahapan ini seseorang bisa memperkirakan
apa yang akan terjadi.
Pengaruh psikologis kata “Jangan”
Dengan
melihat gambar diatas, keinginan anda untuk membaca bagian ini akan menjadi
lebih besar.
Mengapa?
Pikiran
kita berfikir dalam bayangan positif, kata jangan tidak berarti apa-apa bagian
alam bawah sadar kita. Ketika anda membaca judul di atas, Anda secara spontan berfikir “bacalah bagian ini” kemudian
pikiran sadar Anda masuk dan menyangkal gambaran positif itu.
“Ketika
anda mendengar kata: Jangan lakukan, Jangan takut,
maka
pikiran Anda pertama kali: lakukan hal itu, takutlah”
Kita
berfikir dalam bentuk gambar (citra) dan tidak ada gambar yang negatif. Tentu
saja manusia telah membuat lambang ‘jangan’
seperti gambar X besar atau lingkaran
merah dengan garis melintang. Tetapi lambang ini hanya dapat diterapkan setelah
Anda berkonsentrasi pada apa yang anda ingin sangkal.
Melalui
masa kecil, kita diberi tahu, “jangan
lakukan ini, jangan lakukan itu.”Sayangnya untuk orangtua kata “jangan” seringkali terdengar sehingga
di abaikan, disajikan sebagai undangan pada tingkah laku yang tidak
diinginkan! Terutama pada anak kecil,
bahkan dalam dunia pendidikan akan lebih baik untuk mengatakan apa yang di
inginkan dari pada apa yang tidak diinginkan sebagai contoh:
‘’ Anak-anak jangan mengobrol lagi jangan
melakukan melakukan hal yang lain. Kalian sudah tahukan pelajaran pelajaran ini
makin lama makin sulit. Isinya sangat membingungkan, Untuk mendapatkan nilai
60 saja kebanyakan dari kalian pasti
harus bersusah payah. Jadi kalau ingin mendapatkan nilai lebih dari 60. Kalian
harus siap-siap belajar lebih giat lagi.’’
Bandingkan
dengan
Selamat
pagi anak-anak silahkan duduk dan pusatkanlah perhatian kalian. Kita memasuki
bagian kurikulum yang paling menantang. Bapak tahu kalian pasti mampu memahami
dengan baik. Ketahuilah, siswa-siswa seperti kalian sudah berhasil dalam bagian
ini terutama kalau mau aktif bertanya dan berpartisipasi.
Ketika
Anda memberi pengarahan murid, akan lebih baik untuk berbicara secara langsung
sehingga mereka mengerti arahan anda dengan jelas. Selama mengajar, saya meminta siswa untuk ‘’ Jangan Ribut’’ Namun apa yang terjadi
kegaduhan dalam kelas semakin menjadi. Sekarang
saya berbicara lebih detail ““Jangan ribut kecuali kalian tidak ingin memahami pelajaran ini” seketika itu para
siswa memperhatikan pelajaran.
Sekarang
anda tahu bahwa kata “jangan” menanamkan pemikiran yang bertentangan
dipikirkan manusia. Anda dapat dengan
sengaja menggunakan hal ini untuk
keuntungan anda dalam mengajar.
Ini Polanya:
Jangan……..
Kecuali……
Sebagai contoh
“Jangan ribut kecuali kalian ingin tidak memahami pelajaran ini”
“Jangan membaca buku ini kecuali
kalian menginginkan informasi yang sangat penting didalamnya.”
“Jangan katakan ya kecuali Anda bersungguh-sungguh”.
“ jangan Katakan kalian itu Pintar Kecuali kalian dapat memahami pelajaran
yang saya sampaikan”
Ketika
anda menggunakan kata “jangan” Orang berfikir mengapa tidak? Rasa penasaran mereka meningkat sampai untuk
mengikuti perintah anda. Alasan datang setelah setelah kata “kecuali” dan
informasi ini umumnya yang diinginkan pendengar (murid).
Kata-kata
anda, sengaja atau tidak, membuka asosiasi. Karena asosiasi ini terjadi dalam
benak siswa, kita dapat mengarahkan benak mereka pada asosiasi yang paling
mendukung belajar. Jadi jangan pelajari
pola ini kecuali anda serius untuk mempengaruhi siswa untuk belajar.
Selasa, 18 Juni 2013
Apaya yang di pikirkan?
Apaya yang difikirkan siswa diatas?
apa yang harus dilakukan seorang guru jika menemui siswa diatas?
Kalo menurut saya siswa tersebut sedang berfikir keras apa yang harus di lakukan dalam pembelajaran.
Bagaimana menurut anda monggo di komentari :)
Langganan:
Postingan (Atom)